LAPORAN PRAKTIKUM
JASA LINGKUNGAN DAN AMDAL
OLEH:
ASRAMI
JAMIL
D1B5
11 032
PROGRAM
STUDI MANAJEMEN HUTAN
JURUSAN
KEHUTANAN
FAKULTAS
KEHUTANAN DAN ILMU LINGKUNGAN
KENDARI
2014
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Indonesia memilikihamparanhutan
yang luas. Denganluashutan Indonesia sebesar 99,6 jutahektaratau 52,3%
luaswilayah Indonesia (BukuStatistikKehutanan Indonesia Kemenhut 2011 yang
dipublikasipadabulanJuli 2012) , hutan Indonesia menjadisalahsatuparu-parudunia
yang sangatpentingperanannyabagikehidupanisibumi. Banyaksekalifungsihutan yang
sangatpentingbagikehidupanmanusiasalahsatu di antaranyaadalahsebagaiPenyimpan
air hujandankemudiandialirkanmelaluisungai-sungai yang
menjadisumberkehidupanbagimakhlukhidup
Konservasi sumber daya alam hayati
adalah pengelolaan sumber daya alam hayati yang pemanfaatannya dilakukan secara
bijaksana untuk menjamin kesinambungan persediaannya dengan tetap memelihara
dan meningkatkan kualitas keanekaragaman dan nilainya.(Pasal 1 angka 2 UU No.5
Th. 1990).
Taman Hutan Raya Nipa-Nipamerupakan salah
satu dari 16 kawasan konservasi alam yang terdapat di Sulawesi Tenggara. Taman
Hutan Raya Nipa-Nipaberada di kawasan pegunungan Nipa-Nipa Kota Kendari. Di
dalam kawasan pegunungan Nipa-Nipa memiliki banyak keanekaragaman flora dan
fauna serta memiliki ke indahan seperti terdapat air terjun yang di manfaatkan
oleh masyarakat sekitar untuk kebutuhanrumahtanggabaikuntuk
air minum, mencuci, mandidan lain-lain.
Salah satupemamfaatan yang
digunakanolehmasyarakatdisekitarkawasanTahuraNipa-NipaadalahPemamfaatanJasalingkunganberupa
air bersih. Padamasyarakatdisekitarkawasandikelurahankemarayamerekamengambil
air bersihdarimata air hutan yang beradadipenggununganTahuraNipa-Nipa.
Padapengamatanini kami
melakukanpenelitianpadakelurahankamaraya RT 05/RW 02.
Untukmengetahulebihlanjuttentangpemamfatan air bersih yang digunakanolehmasyarakatdikelurahankemaraya,
kecamatanmandonga, kotakendari, olehkarenaitupenelitianiniharusdilaksanakan.
1.2.
Tujuan
dan Manfaat
Tujuan dari pelaksanaan penelitian ini adalah untuk
mengetahui penggunaan air bersih pada masyarakat disekitar kawasan Tahura Nipa-Nipa
pada kelurahan kemaraya RT 05/RW 02
kecamatan mandonga kota kendari.
Mamfaat dari pelaksanaan penelitian ini adalah dapat mengetahui
penggunaan air bersih pada masyarakat disekitar kawasan Tahura Nipa-Nipa pada
kelurahan kemaraya RT 05/RW 02
kecamatan mandonga kota kendari.
II. TINJAUAN
PUSTAKA
2.1.
Taman Hutan Raya Nipa-Nipa
Salah satu
kawasan konservasi yang mempunyai peranan ekologis sangat tinggi bagi
daerah-daerah yang berbatasan dengannya adalah Taman Hutan Raya (Tahura)
Nipa-Nipa, yang terletak di Kabupaten Konawe dan Kota Kendari Provinsi Sulawesi
Tenggara dengan luas 7.877,5 Ha. Penunjukan kelompok hutan Gunung Nipa- Nipa
sebagai Taman Hutan Raya didasarkan pada berbagai pertimbangan yaitu sebagai
pengatur tata air khususnya bagi masyarakat Kota Kendari, pencegah erosi dan
pencegahan pendangkalan pantai di sekitarnya, terutama Teluk Kendari. Potensi
sumberdaya alam berupa keanekargaman jenis flora dan fauna, tipe ekosistem,
obyek wisata alam yang menarik, serta merupakan habitat bagi berbagai jenis
satwa yang dilindungi serta memiliki potensi tinggi sebagai wahana penelitian,
pendidikan dan wisata alam, karena letaknya yang dekat dengan Kota Kendari
serta panoramanya yang indah.
Masyarakat Kota Kendari, Tahura Nipa-Nipa memberikan manfaat
langsung yang sangat besar, berupa penyediaan air (pengambilan langsung dengan
pipa air) serta tempat rekreasi, namun di sisi lain Tahura Nipa-Nipa mempunyai
banyak tekanan, berupa perambahan untuk permukiman dan perladangan, pencurian
kayu serta gangguan lainnya yang dapat mengancam kelestarian kawasan dan sumber
daya alam hayati beserta ekosistemnya. Kawasan Tahura Nipa-Nipa mempunyai
tingkat kerawanan terhadap kerusakan hutan yang relatif tinggi. Keadaan ini
disebabkan akses menuju kawasan tersebut mudah dicapai karena berbatasan
langsung dengan permukiman masyarakat Kota Kendari dan wilayah sekitarnya ( Rianse. U, Sidu . D, Sufrianto. 2011)
2.2. Jasa Lingkungan
Pemanfaatan
jasa lingkungan adalah upaya pemanfaatan potensi jasa, baik berupa
jasapenyediaan, jasa pengaturan, jasa budaya, maupun jasa pendukung yang
diberikan oleh fungsi ekosistem dengan tidak merusak dan tidak mengurangi
fungsi pokok ekosistem tersebut. Dengan demikian, jasa lingkungan adalah produk
sumberdaya alam hayati danekosistemnya yang berupa manfaat langsung (tangible)
dan/atau manfaat tidak langsung(intangible), yang meliputi antara lain
jasa wisata alam, jasa perlindungan tata air(hidrologi), kesuburan tanah,
pengendalian erosi dan banjir, keindahan dan keunikanalam, penyerapan dan
penyimpanan karbon (carbon offset).
Sumberdaya air
mempunyai fungsi sosial, lingkungan dan ekonomi yang diselenggarakandan
diwujudkan secara selaras. Fungsi sosial berarti bahwa sumberdaya air
untukkepentingan umum lebih diutamakan dari pada kepentingan individu. Fungsi
lingkunganberarti bahwa sumberdaya air menjadi bagian dari ekosistem sekaligus
sebagai tempatkelangsungan hidup flora dan fauna. Fungsi ekonomi berarti bahwa
sumberdaya air dapatdidayagunakan untuk menunjang kegiatan usaha; hal ini
sebagaimana diatur dalam Pasal4 UU No. 7 Tahun 2004 (Tentang Sumberdaya Air).
Ketersediaan dan pemanfaatan barang dan jasa hutan ini
tentunya menentukankeberadaan berbagai kegiatan ekonomi dan kesejahteraan
masyarakat secarakeseluruhan. Oleh karena itu keberlanjutan aliran barang dan
jasa hutan ini pentingdipelihara di dalam kegiatan pengelolaan ekosistem hutan
atau kawasan konservasi.Barang dan jasa yang dihasilkan ekosistem hutan ini
sebagian besar bukan barang yangmemiliki nilai pasar (tidak memiliki harga
pasar). Kondisi ini tentunya akan mempengaruhipengelolaan untuk menjamin
kelestarian aliran manfaat yang ada di dalam komponen-komponennilai ekonomi
total (Total Economic Value/TEV) (Setiawan. E., 2012).
2.3.
Ketersedian Membayar
Nilai ekonomi
menyatakan derajat tertentu suatu barang atau jasa bisa memenuhikepuasan
individu. Kepuasan tersebut dapat dinyatakan dalam kemanfaatan ataukegunaan,
suatu ranking kepuasan yang tidak dapat diamati namun mempunyai nilaiuang.
Jadi, nilai ekonomi dapat diukur dengan jumlah uang dimana individu maumembayar
untuk suatu barang atau jasa, atau sejumlah uang dimana individu maumenerimanya
sebagai kompensasi untuk melepaskan barang atau jasa. Maka, bagipembeli, nilai
ekonomi dari barang atau jasa diukur dengan kemauan atau kerelaanmembayar (Willingness
To Pay, WTP), dan bagi penjual diukur dengan kemauan ataukerelaan menerima
(Willingness To Accept, WTA) nilai kompensasi dalam suatupertukaran.
Banyak barang dan jasa dipertukarkan di pasar yang otomatis menunjukkannilai
ekonominya.
Pemanfaatan
Jasa Lingkungan termasuk air, harus memberikan manfaat bagi lingkungandan
mahluk hidup serta kesejahteraan manusia. Dua ukuran kesejahteraan yang
seringdigunakan dalam valuasi adalah Compensating Surplus (CS) dan Equivalent
Surplus(ES). CS untuk suatu perbaikan adalah jumlah maksimum (dalam satuan
uang)kesediaan seseorang untuk membayar agar bisa menikmati perbaikan tersebut.
Ukuraninilah yang juga disebut sebagai Willingness-To-Pay (WTP). Untuk
kasus perbaikan,misalnya pengurangan polusi, penurunan harga dilihat dari
konsumen dan sebagainya.Dengan demikian, CS dapat dilihat sebagai jumlah uang
yang harus diambil dariseseorang jika ingin mengembalikannya ke tingkat
kepuasan sebelum terjadinyaperbaikan (Nurfatriani. F dan Nugroho. A. 2007),
Pemanfaatan Air
dan Energi Air menurut P 64/Menhut-II/2013 dapat dilakukan di kawasankawasan
TN, TWA, Tahura dan Suaka Margasatwa (SM) kecuali di :Kawasan Cagar Alam, Zona Inti dan Rimba Taman
Nasional dan Blok
Perlindungan TWA, Tahura dan SMKetentuan lebih lanjut mengenai pemanfaatan KSA
dan KPA untuk penyimpanandan/atau penyerapan karbon, pemanfaatan air, serta
energi air, panas, dan angin diaturdengan peraturan Menteri.
Peraturan
Menteri Kehutanan Nomor 64 tahun 2013, adalah sebagai pelaksanaan Pasal40 ayat
(2) Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan KawasanSuaka
Alam dan Kawasan Pelestarian Alam, khususnya tentang pemanfaatan air danenergi
air. Di dalam ketentuan peraturan ini, pada pasal 2 ayat (1) dan (2)
disebutkan,bahwa: 1.Pemanfaatan air dan energi air dalam ketentuan ini meliputi
air sebagai massa; danair sebagai jasa
aliran airPemanfaatan air dan energi air sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dapatdilakukan pada blok atau zona di suaka margasatwa, taman nasional, taman
hutanraya atau taman wisata alam, kecuali blok perlindungan, zona inti atau
zona rimba.Selanjutnya ijin pemanfaatan juga diatur dalam peraturan
III. METODOLOGI
PRAKTIKUM
3.1. Tempat dan Waktu
Praktikum
ini dilaksanakan padamasyarakatdisekitar Kawasan Tahura Nipa-NipaKelurahanPunggalba, Kecamatan
Punggaloba kota Kendari. Pada hari Sabtu, tanggal 9 Juni 2014, pukul 08.00 WITA
sampai selesai.
3.2. Alat dan
Bahan
Alat danbahanyang digunakan dalam pelaksanaan praktikum ini adalah kamera
digital dan alat tulis menulis(quisioner).
3.3.
Prosedur
Pelaksanaan
Prosedur
yang dilakukan dalam pelaksanaan praktikum ini adalah
1. Menyediakanalatdanbahan yang
dibutuhkanpadapraktikumini
2. Membuatkuisioner
3. MelakukanpengamatanpadamasyarakatdisekitarkawasanTahuraNipa-NipaKelurahanPunggaloba
RT 01/RW 01KecamatanPunggalooba.
4. Mewawancaramasyarakat yang menggunakan air bersih
5. Tabulasi data hasilwawancara
6. Mambuatlaporannya.
IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PRAKTEK
4.1. Letak Geografis dan Luas
Secara geografis kawasan Tahura Nipa-Nipa terletak antara
03°54’05” – 03°58’00” LS dan 122°29’38” - 122°04’25” BT. Secara administrative
terletak di Kecamatan Soropia dan Kecamatan Lalonggasumeeto (Kabupaten Konawe)
dan Kecamatan Kendari, Kendari Barat dan Mandonga (Kota Kendari).
Berdasarkan Keputusan
Menteri Kehutanan No. 103/Kpts-II/1999 tanggal 1 Maret 199 Taman Hutan Raya
Nipa-Nipa memiliki luas7.877,5 Ha yang terletak di Kabupaten Konawe seluas
5.574,9 Ha dan Kota Kendari seluas 2.302,6 Ha. Sebelah utara berbatasan dengan
Teluk Lasolo, Laut Banda dan pemukiman masyarakat Kecamatan Soropia dan
Kecamatan Lalonggasumeeto Kabupaten Konawe, sebelah timur berbatasan dengan
tanjung Nipa-Nipa, Laut Banda dan pemukiman masyarakat Kecamatan Soropia
Kabupaten Konawe, sebelah selatan berbatasan dengan teluk kebdari dan pemukiman
masyarakat Kecamatan Kendari, Kecamatan Kendari Barat dan Kecamatan Mandonga
Kota Kendari, dan sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Mandonga Kota
Kendari.
4.2. Tanah dan Geologi
Berdasarkan informasi dari Peta Tanah Kawasan Tahura
Nipa-Nipa Kota Kendari skala 1:250.000 tahun 1985, dan hasil observasi lapang
Juni 2009, Jenis tanah daerah penelitian dapat dilihat pada table berikut :
Tabel 1. Jenis Tanah Di Kawasan Tahura Nipa-Nipa
No
|
Jenis Tanah
|
Luas Hektar (Ha)
|
Persen (%)
|
1.
|
Kambisol
|
106,9
|
1,36
|
2.
|
Podsolik
|
7.770,6
|
98,64
|
Total
|
7.877,5
|
100,00
|
Sumber: Rustam,
2012
Berdasarkan informasi dari Peta Tematik Intag Pusat
Pengukuran dan Perpetaan Skala 1:500.000 Lokasi Taman Hutan Raya Nipa-Nipa
mempunyai formasi geologi sebagai berikut :
Tabel 2. Formasi Geologi Kawasan Tahura Nipa-Nipa
No.
|
Formasi
|
Luas
Hektar (Ha)
|
Persen
(%)
|
1.
|
. Alluvium
|
568,3
|
7,21
|
2.
|
. Alangga
|
255,7
|
3,25
|
3.
|
. Buala
|
906,1
|
11,50
|
4.
|
Meluhu
|
. 6.147,4
|
78,04
|
Total
|
7.877,5
|
100,00
|
Sumber: Rustam, 2012
1. Iklim
Berdasarkan klasifikasi iklim dari Schmidt dan Fergusson
Kawasan Tahura Nipa-Nipa termasuk iklim tipe C dengan curah hujan tahunan
rata-rata 2.592 mm. musim penghujan terjadi pada bulan November-Maret. Bulan
kering jatuh pada bulan Agustus-Oktober dengan suhu berkisar antara 19°C sampai
33°C dan kelembaban relatif 83%.
2. Keadaan Hutan
Kawasan Taman Hutan Raya Nipa-Nipa terdiri atas hutan primer
dan hutan sekunder. Kompleks hutan primer sebagian besar berada pada blok
perlindungan, sedangkan hutan sekunder berada pada blok pemanfaatanm blok
koleksi tanaman dan blok lainnya.
Kawasan Taman Hutan Raya Nipa-Nipa merupakan hutan alam
primer, hutan sekunder dan hutan tanaman. Kelompok hutan ini terdiri dari
tumbuhan tinggi dan tumbuhan rendah.
Tumbuhan tinggi di dominasi oleh jenis Kayu Besi (Metrosideros
petiolata), Bolongita (Tetrameles nudiflora R. BR), Ponto (Buchanania
arborescens BL.), Jambu-jambu (Eugenis sp), Bintangur (Calophillum canum
Hook.f.), Eha (Castanopsi buruana BI.) P.&H.), Waru (Hibiscus tiliaceus
LINN.), Nipa/Aren (Arenga pinnata), dan lain-lain.
Tumbuhan rendah dalam kawasan Tahura Nipa-Nipa sangat kaya
dan cantik, khususnya jenis paku-pakuan disamping jenis paku-pakuan terdapat
jenis anggrek cenderawasi dan anggrek bulan, rotan, talas hutan (Alokasia),
Schima walisii, Uvaria, Pandan (Pandanus sp), bambu (Bambusa sp) dan lain-lain.
Jenis-jenis satwa yang terdapat di Kawasan Tahura Nipa-Nipa
adalah dari jenis mamalia antara lain anoa (Bubalus depressicomis Smith.), rusa
(Cervus timorensis Muller & Schlegel), kus-kus (Phalanger sp.), monyet
(Macaca muculata fascilaris Rafles), bajing (Callosciurus rotatus Boddaert) dan
babi hutan (Sus sp).
Dari jenis satwa reptilia adalah biawak
(Veranus salvator Laurentus), ulat phyton (Phyton reticulatus (Schneider)).
Sedangkan dari jenis aves dapat ditemukan merpati hutan (Turcoena manadensis)
dan ayam hutan, serta banyak juga ditemukan beragam jenis kupu-kupu dan capung.
4.3.
Sosial
Ekonomi dan Sumberdaya Masyarakat
Sebelum kawasan hutan Nipa-Nipa ditetapkan sebagai kawasan
pelestarian alam Taman Hatan raya, sebagian masyarakat telah hidup dengan
memanfaatkan sumber daya di hutan. Pada umumnya, jenis kegiatan ekonomi
masyarakat yang tinggal di Sekitar Kawasan dan di dalam kawasan Tahura
Nipa-Nipa adalah pencari madu alam, bertani dan berkebun, beternak unggas,
pengelola sagu, pembuat sapu ijuk, pembuat atap nipa, pembuat keripik
ubi/pisang, usaha ketupat dan warung sembako. Pada awalnya, masyarakat di
beberapa kampung sekitar kawasan hutan telah mengembangkan usaha pertanian dan
system perladangan berpindah, dengan sumber daya alam yang masih cukup melimpah
mereka bisa hidup secara berkecukupan.
Masyarakat Kota Kendari dan Kabupaten Konawe memiliki
perangai ramah, terbuka dan suka membantu serta dengan semangat adipura
perlahan tapi pasti berusaha mewujudkan masyarakat yang berbudaya beersih dan
rapi. Karakter seperti ini sangat kondusif bagi berkembangnya kegiatan wisata
berbasis alam (ekowisata) yang menarik pelancong.
Kekhasan kota Kendari mengantar kawasan Tahura Nipa-Nipa
mengalami tekanan yang cukup berat dari masyarakat yang merambah hutan. Untuk
menangani hal tersebut, maka dari pihak yang terkait membentuk suatu kelompok
tani dalam masyarakat yang bermukim di dalam dan di sekitar hutan yang biasa di
sebut sebagai Kelompok Tani Pengelola Hutan (KTPH).
Masyarakat yang merambah kawasan Tahura Nipa-Nipa saat ini
masih dalam pembinaan dan terbentuk dalam suatu wilayah kelompok tani yang
disebut Kelompok Tani Pelestari Hutan (KTPH), hingga tahun 2010 yang terdaftar
sebanyak 17 KTPH dengan luas areal olahan adalah 524,99 Ha. Para KTPH telah
mengalami pembinaan dari para pihak seperti LEPMIL.
IV.HASIL DAN
PEMBAHASAN
A. Hasil
pengamatan
Hasil pengamatan
praktikum ini disajikan pada Tabel 1dan
2,
Tabel 1. Data Quisioner
masyarakat di sekitar amarilis :
No
|
Pertanyaan
|
Jawaban
|
1
|
Air yang bapak/ibu gubakan
untuk kebutuhan sehari-hari berasal dari mana?
|
-mata air
|
2
|
Air yang bapak/ibu ambil dari
sumber mata air di gunakan untuk apa saja?
|
-masak, mencuci mandi
-kebutuhan rumah tangga
|
3
|
Apa yang bapak/gunakan ketahui
tentang manfaat keberadaan hutan lindung ?
|
-untuk menjaga ekosistem
-untuk menjaga keberadaan air
-untuk menjaga kelestarian
hutan
-untuk menjaga kebersihan air
-untuk berkebun
|
4
|
Apa yang anda gunakan sebagai
wadah untuk menampung air dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari?
|
-bak
-Ember
-Tower
|
5
|
Berapa ukuran/kapasitas wadah
penampungan air yang bapak/ibu gunakan ?
|
-bak 3X5 kubik
-bak 150 kubik
-bak 250 kubik
-ember 60 liter
-bak 1 kubik
-ember 50 liter
-bak 1,5 kubik
|
6
|
Apakah dengan wadah yang
bapak/ibu gunakan sudah mampu memenuhi kebutuhan air keluarga dalam ?
|
-cukup
-tidak cukup
|
7
|
Berapa banyak kebutuhan
air yang bapak/ibu gunakan untuk
memenuhi kebutuhan kebutuhan hidup sehari-hari ?
|
-tak terhingga
-tak tertabas
-300 liter
-100 liter
-200 liter
|
8
|
Apakah ada biaya yang
bapak/ibu keluarkan untuk memperoleh kebutuhan air ?
|
Ada
15.000
|
9
|
Apakah sumber mata air
perbulan yang bapak/ibu gunakan pernah mengalami kekeringan ?
|
-tidak pernah
-pernah ( tidak teratur)
|
10
|
Alternatif apa yang bapak/ibu
lakukan untuk mendapatkan air jika sumber mata air yang digunakan mengalami
kekeringan ?
|
-membeli air
-mengangkat air
|
11
|
Apa harapan bapak/ibu untuk
program ketersedian air bagi kebutuhan hidup untuk kedepanya ?
|
-tetap terjaga
-harus diadakan
-hanya untuk dipakai
-di kelolah dengan baik agar
tidak kering
-agar lebih baik lagi
|
12
|
Jika dlakukan program upaya pemeliharaan/pengelolaan hutan untuk menjaga kelestaraian air,
apakah bapak /ibu
|
-ya
|
13
|
Berapa jumlah rupiah yang
bapak /ibu siap keluarkan dalam upaya mengkompenasi jasa lingkungan hutan
yang selama ini menjadi sumber air yang bapak/ibu manfaatkan ( m3/bulan)
?
|
-15.000
|
Tabel 2: tabel
pengamatan ketersedian membayar air
Responden
(n)
|
Kemampuan
Membayar Per Bulan (Wi)
|
Respon
(i)
|
Rata
Nilai WTP (∑Wi)
|
1
|
15.000
|
9
|
135.0000
|
2
|
15.000
|
||
3
|
15.000
|
||
4
|
15.000
|
||
5
|
15.000
|
||
6
|
15.000
|
||
7
|
15.000
|
||
8
|
15.000
|
||
9
|
15.000
|
||
10
|
50.000
|
2
|
100.000
|
11
|
50.000
|
||
12
|
10.000
|
1
|
10.000
|
13
|
18.000
|
1
|
18.000
|
n
13
|
EWTP
Rp
246.855
|
TWTP
per bulan
4.952.830
|
TWTP
Per Tahun
Rp 59.433.960
|
Untuk Menduga rata-rata kesediaan membayar digunakan
kesediaan membayar digunakan persamaan sebagai berikut :
Dengan :
EWTP = Rata-rata nilai WTP pengunaan air
Wi = besar WTP
yang bersedia dibayarkan
i = responden yang bersedia membayar
n = jumlah responden
Setelah
menilai nilai rata-rata WTP maka selanjutnya di duga nilai total WTP
dariresponden dengan menggunakan rumus :
Dimana :
∑ TWTP = Total
WTP
WTPi = Nilai
rata-rata WTP
ni = Jumlah
sampel ke-i yang bersedia membayar sebesar WTP
N = Jumlah
sampel (Data masyarakat pengguna air sungai = 212 (BPS,2012))
P =
Jumlah popolasi per 2 tahun terakhir (Data masyarakat per 2 tahun terkhir =
1.050 (BPS,2012))
i = Responden
ke-i yang bersedia membayar
(Hasiani, f.,dkk, 2013)
Jadi Nilai ekonomi mata air Jln
Maijen S Parman lorong arapae kemaraya kota kendari adalah sebesar
Rp Rp 59.433.960/Tahun.
B. Pembahasan
Sumber daya air adalah daya berupa air
yang berguna atau potensial bagi manusia. Kegunaan air meliputi penggunaan di
bidang pertanian, industri rumah tangga, rekreasi dan aktivitas lingkungan.
Sangat jelas terlihat bahwa seluruh manusia membutuhkan air tawar. 97% air
dibumi adalah air asin dan hanya 3% berupa air tawar yang lebih dari 2 per tiga
bagiannya berada dalam bentuk es di glasier dan es kutub. Air tawar yang tidak
membeku dapat ditemukan terutama didalam tanah berupa air tanah dan hanya
sebagian kecil berada diatas permukaan tanah dan udara.
Kebutuhan air untuk memenuhi aktivitas
penduduk makin meningkat. Peningkatan itu terjadi bukan hanya karena penduduk
yang bertambah, tetapi juga karena aktivitas yang membutuhkan air meningkat,
seperti kawasan industri, perdagangan, pendidikan, pariwisata, dan sebagainya.
Peningkatan kebutuhan air yang mencapai 4-8% pertahun perlu diantisipasi secara
baik agar tidak terjadi krisis air dimasa mendatang. Untuk menghadapi
meningkatnya kebutuhan air dan kompetisi penggunaaan air yang semakin ketat
maka diperlukan pengelolaan sumberdaya air yang memadai.
Ketersediaan dan pemanfaatan barang dan jasa hutan ini
tentunya menentukan. keberadaan berbagai kegiatan ekonomi, dan kesejahteraan
masyarakat secara keseluruhan. Oleh
karena itu keberlanjutan aliran barang dan jasa hutan ini penting dipelihara di
dalam kegiatan pengelolaan ekosistem hutan atau kawasan konservasi. Barang dan jasa yang dihasilkan ekosistem
hutan ini sebagian besar bukan barang yang memiliki pasar (tidak memiliki harga
pasar. Kondisi ini tentunya akan
mempengaruhi pengelolaan untuk menjamin kelestarian aliran manfaat yang ada di
dalam komponen-komponen nilai ekonomi total tersebut (ini akan dibahas di dalam
pengelolaan jasa lingkungan tata air kawasan konservasi).
Taman Hutan
Raya Nipa-Nipa merupakan salah satu kawasan Pelestarian Alam Provinsi Sulawesi
Tenggara seluas ±7.877,5 Ha (Kepmenhut
No. 103/Kpts-II/1999 tanggal 1 Maret 1999). Tahura Nipa-Nipa ini merupakan
Kawasan atas (upland) yang dibawahnya
dikelilingi oleh pemukiman, teluk kendari, teluk lasolo dan laut banda .
Taman
hutan raya Nipa-Nipa seluas 7.877,5 Ha terletak di Kabupaten Konawe seluas
±5.574,9 Ha dan Kota Kendari seluas ±2.302,6 Ha. Setelah dilaksanakan penataan kawasan melalui
pembagian blok, kawasan Tahura Nipa-Nipa terdiri atas 4 blok yaitu sebagai
berikut:
Blok
Perlindungan = 3.319,2 Ha
Blok Pemanfaatan =
3.147,5 Ha
Blok Koleksi Tanaman =
699,5 Ha
Blok Lainnya Tanaman = 711,3 H
Keterangan :
- Blok
Perlindungan adalah bagian dari kawasan Tahura yang mutlak dilindungi dan
pengunjung dilarang memasuki kecuali untuk kepentingan penelitian dan
pengelolaan kawasan.
- Blok pemanfaatan adalah bagian dari kawasan Tahura yang secara
intensif diperuntukkan untuk kegiatan wisata, pengusahaan, pengelolaan dan
pengembangan serta budidaya tanaman,
- Blok Koleksi Tanaman adalah bagian dari kawasan Tahura yang
secara intensif diperuntukkan untuk koleksi tumbuhan atau satwa yang alami atau
bahan alami yang dimanfaatkan bagi kepentingan penelitian, ilmu pnegetahuan,
pendidikan, menunjang budidaya dan pariwisata.
- Blok lainnya adalah zona di luar zona pemanfaatan karena fungsi dan
kondisinya tetap sebagai zona tertentu, seperti pemanfaatan tradisional,
rehabilitasi, dan sebagainya.
Letak :Tahura Nipa-Nipa terletak disebelah utara (up land) Teluk Kendari. Secara geografis
kawasan Tahura Nipa-Nipa terletak antara 03o54’05”-03o58’00
terletak di Kecamatan Soropia, Kecamatan Lalonggasumeeto (Kabupaten Konawe) dan
Kecamatan Kendari, Kendari Barat dan Mandonga (Kota Kendari).
Tanah: Jenis tanah di
kawasan Tahura Nipa-Nipa seluruhnya terdiri dari asosiasi tanah Tropepts – Uduluts (Podsolik Merah
Kuning).
Topografi : Kawasan Tahura Nipa-Nipa terletak
pada ketingian 25 – 100 m dpl dengan topografi landai hingga sangat curam
(bergunung). Kemiringan lereng berkisar
antara 8% sampai di atas 40%.
Iklim: Berdasarkan klasifikasi iklim dari
Schmidt dan Fergusson kawasan Tahura Nipa-Nipa termasuk iklim tipe C dengan
curah hujan tahunan rata-rata 2.592 mm.
Musim penghujan terjadi pada bulan November-Maret. Bulan kering jatuh pada bulan Agustus –
Oktober dengan suhu berkisar antara 19OC sampai 33OC dan
kelembaban relatif 83%. ” LS dan 122o29’38”-122o04’25”. Secara
administratif
Selain
memanfaatakan potensi hutan berupa kayu dan non kayu tahura juga berpeluang mengembangkan objek wisata
yang ada di areal amarilis Jasa Aliran Air
Wisata Alam pemandian
Untuk dapat menggunakan sumber air bersih secara berkelanjutan dan untuk menimbulkan
rasa kepedulian masyarakat terhadap pentingnya menjaga kualitas air tersebut
maka masyarakat perlu memahami berapa besar nilai ekonomi air tersebut.
Nilai ekonomi (economic value) dari suatu barang atau jasa
diukur dengan menjumlahkan kehendak untuk membayar (willingness to pay / WTP)
dari banyak individu terhadap barang atau jasa yang dimaksud. WTP merefleksikan
preferensi individu untuk membayar suatu barang yang dipertanyakan. Dengan
demikian, valuasi ekonomi dalam konteks lingkungan hidup adalah pengukuran
preferensi masyarakat akan lingkungan hidup yang baik dibandingkan terhadap
lingkungan hidup yang buruk (Fauzi, 2010).
Hasil dari valuasi dinyatakan dalam nilai uang (money terms)
sebagai cara dalam mencari preference revelation, misalnya dengan menanyakan
"apakah masyarakat berkehendak untuk membayar?". Nilai uang juga
memungkinkan digunakan untuk membandingkan antara "nilai lingkungan hidup
(environmental values)" dan "nilai pembangunan (development
values)" (CSERGE, 1994 dalam Irmadi, 2004). Pada prinsipnya valuasi
ekonomi bertujuan untuk memberikan nilai ekonomi terhadap sumberdaya yang
digunakan sesuai dengan nilai riil menurut sudut pandang masyarakat.
Salah satu tantangan yang dihadapi oleh para pembuat kebijakan
adalah bagaimana menilai suatu sumberdaya alam secara komprehensif. Penilaian
tidak hanya mengenai market value dari barang yang dihasilkan dari suatu
sumberdaya, melainkan juga jasa yang ditimbulkan oleh sumberdaya tersebut.
Pertanyaan yang sering timbul dalam proses penilaian misalnya bagaimana
mengukur atau menilai jasa tersebut padahal konsumen tidak mengkonsumsinya
secara langsung. Lebih lagi jika konsumen tidak pernah mengunjungi tempat
dimana sumberdaya alam tersebut berada (Irmadi, 2004).
Berdasarkan pada hasil praktek di
Kawasan . Jln Maijen S Parman lorong arapae kemaraya kota kendari dapat di
peroleh nilai ekonomi mata air di tahura nipa-nipa khususnya di jln maijen S
parman sebesar Rp59.433.960 /Tahun. Nilai ini di
peroleh melaluli metode WTP yaitu ksediaan masyrakat untuk membayar jasa
lingkungan air dalam rangka memperbaiki kondisi lingkungan sesuai dengan
standar yang diinginkannya. Dengan hasil yang di peroleh maka menggambarkan
nilai ekonomi mata air tahura nipa-nipa
sangatlah besar maka seharusnyalah masyarakat senantiasa menjaga dan
melestarikan mata air tersebut agar senantiasa dapat di manfaatkan secara
berkesinambungan.
V. PENUTUP
A.
Kesimpulan
Kesimpulanyang dapatditarikpadahasilpembahasanpraktikuminiadalahbahwamasyarakatdisekitarkawasanhutanTahuraNipa-NipakelurahanKemaraya
RT 05/RW 02 KecamatanMandongamenggunakansumbar air darimata air
gunungTahuraNipa-Nipa. MasyarakatdikenakanmembayarsetiapperbulannyaRp
15.000/rumahtangga. Rata-rata merakamenggunakan air bersihuntukkebutuhanrumahtangga, ketersedian air
tersebutbagimasyarakatcukuptersediatiapharinyatdakpernamerasakankekurangan. Untuktetapterjagasetiaphariketersedian
air tersebutmakaperlusemuapihakmempertahankankeutuhansumberdayaalam yang
adapadakawasanTahuraNipa-Nipa.
B. Saran
Harapansayamarilahsemuapihakbaikinstansipemerintah, masyarakat,
perguruantinggidanswastakitaselalumenjagadanmempertahankan SDA yang
adapadakawasanTahuraNipa-Nipa. Salah satu SDA adalahsumbarmata air yang
adadidalamkawasantersebut yang sudahbanyak yang
dimamfaatkanolehmasyarakatdisekitarkawasansebagaikebutuhanrumahtanggabaikituuntukmandimemasak,
air minumdan lain-lain.
DAFTAR PUSTAKA
Fitri
Nurfatriani dan I Ade Nugroho (2007), Manfaat
Hidrologis Hutan Di Hulu DAS Citarum Sebagai Jasa Lingkungan Bernilai Ekonomis.
Info Sosial Ekonomi, Volume 7. Halaman 174-195. Pusat Penelitian Sosial Ekonomi
dan Kebijakan Kehutanan, Bogor.Support
Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia No. 28 Tahun 2011, tentang Pengelolaan awasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam.
Peraturan
Menteri Negara Lingkungan Hidup Repoblik Indonesia No. 15 Tahun2012, tentang Panduan Valuasi Ekonomi Ekosistem
Hutan.
Peraturan
Menteri Kehutanan Republik Indonesia No. P. 64/Menhut-II/ 2013,tentang Pemanfaatan Air dan Energei Air Di Suaka
Margasatwa, TamanNasional, Taman Hutan Raya dan Taman Wisata Alam.
Setiawan. E., 2012 .Valuasi
jasa lingkungan air di taman nasional gunung gede pangrango. PT. Lestari Agribisnis Indonesia (PT.
LAI) dan PT. Transplant Indonesia (PT. TI). Cianjur.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar